Jawab :
Boleh hukumnya seorang wanita menyembelih binatang. Demikian kesepakatan (ijma’) seluruh ulama tanpa ada perbedaan pendapat. (M. Adib Kalkul, Ahkam Al-Udh-hiyah wa Al-’Aqiqah wa at-Tadzkiyah, hal. 63; Nada Abu Ahmad, Al-Jami’ li Ahkam Al-Udh-hiyah, hal. 32).
Imam Ibnul Mundzir menukilkan ijma’ tersebut dalam kitabnya Al-Ijma’ :
وأجمعوا على إباحة ذبيحة الصبي والمرأة إذا أطاقا الذبح، وأتيا على ما يجب أن يؤتى عليه
“Mereka [para ulama] bersepakat mengenai bolehnya penyembelihan oleh anak-anak dan wanita, dengan syarat keduanya mampu menyembelih dan melaksanakan apa-apa yang wajib ada dalam penyembelihan.” (Ibnul Mundzir, Al-Ijma’, hal. 18).
Dalil-dalil yang membolehkan wanita menyembelih adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
أَنَّ جَارِيَةً لِكَعْبِ بْنِ مَالِكٍ كَانَتْ تَرْعَى غَنَمًا بِسَلْعٍ فَأُصِيبَتْ شَاةٌ مِنْهَا فَأَدْرَكَتْهَا فَذَبَحَتْهَا بِحَجَرٍ فَسُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كُلُوهَا
“Bahwa seorang budak perempuan milik Ka’ab bin Malik pernah menggembalakan kambing-kambing di Sala’ [nama tempat]. Lalu seekor kambing di antaranya terkena sesuatu, lalu budak itu mendapatinya dan menyembelih kambing itu dengan batu. Kemudian Nabi SAW ditanya mengenai hal itu dan Nabi SAW berkata,”Makanlah kambing itu.” (HR Bukhari, no 5081; Ath-Thahawi, Musykilul Atsar, 7/3).
Dalam riwayat Imam Ahmad, terdapat penjelasan bahwa kambing yang disembelih itu sebelumnya telah digigit serigala.
عَنِ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ جَارِيَةً لِكَعْبٍ كَانَتْ تَرْعَى غَنَمًا لَهُ بِسَلْعٍ فَعَدَا الذِّئْبُ عَلَى شَاةٍ مِنْ شَائِهَا فَأَدْرَكَتْهَا الرَّاعِيَةُ فَذَكَّتْهَا بِمَرْوَةٍ فَسَأَلَ كَعْبُ بْنُ مَالِكٍ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهُ بِأَكْلِهَا
“Diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik, bahwa seorang budak perempuan milik Ka’ab pernah menggembalakan kambingnya di Sala’. Lalu seekor kambing diserang serigala. Penggembala itu mendapatinya lalu menyembelihnya dengan sebuah batu api. Ka’ab bin Malik lalu bertanya kepada Nabi SAW, lalu Nabi SAW memerintahkan Ka’ab untuk memakan kambing itu.” (HR Ahmad, no 15205; Imam Syaukani, Nailul Authar, 13/22).
Berdasarkan hadis tersebut, Imam Ibnu Qudamah berkata :
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ فَوَائِدُ سَبْعٌ ؛ أَحَدُهَا ، إبَاحَةُ ذَبِيحَةِ الْمَرْأَةِ
“Dalam hadis ini terdapat tujuh faidah. Yang pertama, bolehnya penyembelihan oleh wanita…” (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 21/370).
Selain hadis di atas, terdapat pula hadis lain sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari :
وأمر أبو موسي بناته أن يضحين بأيديهن
“Abu Musa [Al-Asy'ari] pernah memerintahkan anak-anak perempuannya untuk menyembelih sendiri dengan tangan-tangan mereka.” (HR Bukhari, no 5132).
Imam Ibnu Hajar Al-’Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari, menukilkan pendapat terkait hadis tersebut :
قَالَ اِبْن التِّين فِيهِ جَوَاز ذَبِيحَة الْمَرْأَة
“Ibnu At-Tiin berkata,’Dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya wanita menyembelih…” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, 16/24).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, jelaslah bahwa boleh hukumnya seorang wanita menyembelih binatang. Wallahu a’lam.
0 KoRaNg TaHu: